SEMANTIK

SEMANTIK

Kajian tentang makna kata dibahas dalam ilmu bahasa yang bernama semantik. Dalam semantic dibahas tentang hal-hal sebagai berikut :
1.      Sinonim, yaitu kata-kata yang memiliki makna sama atau hampir sama. Contoh: mati bersinonim dengan meninggal, wafat, gugur
2.      Antonim, yaitu kata-kata yang memiliki makna berlawanan. Contoh: besar x kecil, tinggi x rendah
3.      Hipernim, yaitu makna umum yang masih bisa dirinci dalam makna khusus. Misalnya melihat  merupakan hipernim, sedangkan menonton, melirik, mengintip, dan mengamati merupakan makna khusus dari melihat.
4.      Hiponim, yaitu makna khusus yang merupakan rincian dari hipernim. Misalnya, mobil, sepeda motor, becak, kereta api, dan bus merupakan hiponim dari kendaraan.
5.      Homonim, yaitu kata-kata yang ejaan dan lafal sama, tetapi maknanya berbeda. Contoh : tanggal, bisa, buku, kikir, roman, dan ketam.
6.      Homograf, yaitu kata-kata yang sama ejaannya, tetapi lafal dan maknanya berbeda. Contoh: apel, teras, mental, seret, seri, serang.
7.      Homofon, yaitu kata-kata yang sama lafalnya, tetapi ejaan dan maknanya berbeda. Contoh : massa & masa, sanksi & sangsi, bank & bang, tank & tang, babad & babat
8.      Polisemi, yaitu satu kata yang mempunyai makna ganda dan makna tersebut masih dapat dirasakan hubungannya dengan makna dasarnya. Misalnya :
a.       Ia jatuh dari pohon.
b.      Ia jatuh sakit.
c.       Ujiannya jatuh
d.      Kota itu jatuh ke tangan musuh.
e.       Harga minyak di pasaran jatuh.
f.        Karena perbuatan anaknya, orang tua itu jatuh namanya.
Perbedaan antara polisemi dengan homonim adalah :
  1. Polisemi bersumber pada satu kata dan maknanya masih berkaitan
  2. Homonim bersumber pada dua kata atau lebih dan maknanya tidak berkaitan.
Perhatikan bagan berikut ini !
Istilah
Ejaan
Lafal
Makna
Homonim
=
=
#
homograf
=
#
#
Homofon
#
=
#
9.      Ambiguitas / Ketaksaan, yaitu kata yang bermakna ganda yang berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar dari frase atau kalimat dan terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Contoh:
a.       Buku sejarah baru
                           i.      Buku sejarah itu baru  terbit
                         ii.      Buku itu berisi sejarah zaman baru.
b.      Orang malas lewat di sana
                           i.      Jarang ada orang yang mau lewat di sana.
                         ii.      Orang yang lewat di sana adalah oran g malas.
c.       Istri guru yang baru itu cantik.
                           i.      Yang baru adalah istri guru.
                         ii.      Yang baru adalah gurunya, sedangkan istrinya tetap istri yang dulu.

PERGESERAN MAKNA
Pada umumnya bahasa bersifat dinamis, artinya bisa mengikuti sesuai perkembangan zaman. Bentuk penyesuaian tersebuat adalah adanya pergeseran makna. Penyebab perubahan tersebut adalah karena perkembangan teknologi, social, dan budaya, serta pertukarantanggapan indra, asosiasi, dan pemakai bahasa itu sendiri. Ada beberapa jenis pergeseran makan, antara lain:
1.      Meluas, yaitu kata yang cakupan makna sekarang lebih luas dibandingkan dengan cakupan makna dahulu, misalnya: bapak, ibu, saudara, berlayar, dsb.
2.      Menyempit, yaitu kata yang  cakupan makna sekarang lebih sempit dibandingklan dengan cakupan makna dahulu, contoh: sarjana, pendeta, bau
3.      Amelioratif, yaitu kata yang makna sekarang dirasakan nilainya lebih tinggi, sopan, dan lebih halus dibandingklan makna dahulu, contoh : wanita, pramuwisma, pramuniaga, tunawisma, dsb.
4.      Peyoratif, yaitu kata yang makna sekarang dirasakan nilainya lebih rendah, kurang sopan, dan kasar dibandingkan dengan makna dahulu, contoh : hostes, bau, laki, bini, bunting, dsb.
5.      Sinestesia, yaitu pegeseran makna yang disebabkan karena pertukaran tanggapan antara dua indra yang berbeda. Misalnya:
a.       Bujukan halus Pak Lurah mampu mengajak penduduk untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. (Kata halus seharusnya untuk indra perasa, tetapi digunakan untuk indra pendengaran)
b.      Pemandangan pahit terhampar di wajahnya karena rumahnyayang nyaman ternyata rata dengan tanah. (Kata pahit biasanya untuk indra perasa tetapi digunakan untuk indra penglihatan)
6.      Asosiasi, yaitu peerubahan makna yang memiliki persamaan sifat dengan makna semula. Contoh :
a.       Masukkan suratmu ke dalam amplop dan kirimkan ke kantor pos !
b.      Pejabat yang suka menerima amplop itu akhirnya dipindahkan ke daerah terpencil.

KATA BERMAKNA KONOTASI

Makna sebuah kata dapat dibedakan atas 2 makna, yaitu:
a.    Makna denotasi
       Makna denotasi disebut juga makna harfiah, makna lugas, makna sebenarnya, atau makna tersurat. Makna denotasi yakni makna yang menunjuk langsung pada makna sebenarnya. Kata bunga dalam kalimat berikut mengandung makna denotatif .
Contoh: Bunga melati harum baunya
   Untuk ulang tahunnya, saya mengirimi bunga waktu itu.
b.    Makna konotasi
Makna konotasi disebut juga makna tersirat. Makna konotasi adalah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambaran tertentu.
Makna konotasi adalah makna tambahan yang mengarahkan tautan pikiran pada nilai rasa seseorang. Makna konotasi dibedakan atas konotasi positif dan konotasi negatif. Konotasi positif adalah makna tambahan yang mengarahkan tautan pikiran pada nilai rasa yang lebih tinggi, sedangkan konotasi negatif adalah mengarahkan tautan pikiran pada nilai rasa yang lebih rendah.
Contoh:
Ø   Karyawan (+)  -  buruh (-)
Ø   Suami istri (+) -  laki bini (-)
Ø   Pengemudi (+) – sopir (-)
Ø   Tunawisma (+) -  gelandangan (-) 

Komentar